Saturday, September 07, 2013

Kerja... You better WERK!


KERJA.

July 22, 2010 at 6:16pm
Kadang saya suka berfikir apakah yang kita lakukan untuk hidup kita itu sudah cukup maksimal, atau kah kita hanya ada dalam paradigma diri kita bahwasanya diri kita selalu melakukan yang terbaik. terbaik bagi orang lain atau terbaik untuk kita?

alasan mengapa saya menulis hal ini adalah rasa penasaran yang ada dalam diri saya untuk membandingkan mengapa orang itu sukses dan saya tidak? apa yang membedakan dia dan saya?apakah dengan bekerja keras kita akan sukses?
lalu mengapa orang yang tiap hari kerja banting tulang sampai malam itu bisa sukses?

kalau kita ingin kaji dalam Al qur’an, Al-Qur’an menyebut kerja dengan berbagai terminologi. Al-Qur’an menyebutnya sebagai “amalun”, terdapat tidak kurang dari 260 musytaqqat (derivatnya), mencakup pekerjaan lahiriah dan batiniah. Disebut “fi’lun” dalam sekitar 99 derivatnya, dengan konotasi pada pekerjaan lahiriah. Disebut dengan kata “shun’un”, tidak kurang dari 17 derivat, dengan penekanan makna pada pekerjaan yang menghasilkan keluaran (output) yang bersifat fisik. Disebut juga dengan kata “taqdimun”, dalam 16 derivatnya, yang mempunyai penekanan makna pada investasi untuk kebahagiaan hari esok.

Pekerjaan yang dicintai Allah SWT adalah yang berkualitas. Untuk menjelaskannya, Al Qur’an mempergunakan empat istilah: “Amal Shalih”, tak kurang dari 77 kali; ‘amal yang “Ihsan”, lebih dari 20 kali; ‘amal yang “Itqan”, disebut 1 kali; dan ”al-Birr”, disebut 6 kali. Pengungkapannya kadang dengan bahasa perintah, kadang dengan bahasa anjuran. Pada sisi lain, dijelaskan juga pekerjaan yang buruk dengan akibatnya yang buruk pula dalam beberapa istilah yang bervariasi. Sebagai contoh, disebutnya sebagai perbuatan syaitan (al-Maidah: 90, al-Qashash:15), perbuatan yang sia-sia (Ali Imran: 22, al-Furqaan: 23), pekerjaan yang bercampur dengan keburukan (at-Taubah:102), pekerjaan kamuflase yang nampak baik, tetapi isinya buruk (an-Naml:4, Fusshilat: 25).

Al-Qur’an sebagai pedoman kerja kebaikan, kerja ibadah, kerja taqwa atau amal shalih, memandang kerja sebagai kodrat hidup. Al-Qur’an menegaskan bahwa hidup ini untuk ibadah (adz-Dzariat: 56). Maka, kerja dengan sendirinya adalah ibadah, dan ibadah hanya dapat direalisasikan dengan kerja dalam segala manifestasinya (al-Hajj: 77-78, al-Baqarah:177).
Jika kerja adalah ibadah dan status hukum ibadah pada dasarnya adalah wajib, maka status hukum bekerja pada dasarnya juga wajib. Kewajiban ini pada dasarnya bersifat individual, atau fardhu ‘ain, yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain. Hal ini berhubungan langsung dengan pertanggung jawaban amal yang juga bersifat individual, dimana individulah yang kelak akan mempertanggung jawabkan amal masing-masing. Untuk pekerjaan yang langsung memasuki wilayah kepentingan umum, kewajiban menunaikannya bersifat kolektif atau sosial, yang disebut dengan fardhu kifayah, sehingga lebih menjamin terealisasikannya kepentingan umum tersebut. Namun, posisi individu dalam konteks kewajiban sosial ini tetap sentral. Setiap orang wajib memberikan kontribusi dan partisipasinya sesuai kapasitas masing-masing, dan tidak ada toleransi hingga tercapai tingkat kecukupan (kifayah) dalam ukuran kepentingan umum.
Syarat pokok agar setiap aktivitas kita bernilai ibadah ada dua, yaitu sebagai berikut.
Pertama, Ikhlas, yakni mempunyai motivasi yang benar, yaitu untuk berbuat hal yang baik yang berguna bagi kehidupan dan dibenarkan oleh agama. Dengan proyeksi atau tujuan akhir meraih mardhatillah (al-Baqarah:207 dan 265).
Kedua, shawab (benar), yaitu sepenuhnya sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh agama melalui Rasulullah saw untuk pekerjaan ubudiyah (ibadah khusus), dan tidak bertentangan dengan suatu ketentuan agama dalam hal muamalat (ibadah umum). Ketentuan ini sesuai dengan pesan Al-Qur’an (Ali Imran: 31, al-Hasyr:10).
Ketika kita memilih pekerjaan, maka haruslah didasarkan pada pertimbangan moral, apakah pekerjaan itu baik (amal shalih) atau tidak. Islam memuliakan setiap pekerjaan yang baik, tanpa mendiskriminasikannya, apakah itu pekerjaan otak atau otot, pekerjaan halus atau kasar, yang penting dapat dipertanggungjawabkan secara moral di hadapan Allah. Pekerjaan itu haruslah tidak bertentangan dengan agama, berguna secara fitrah kemanusiaan untuk dirinya, dan memberi dampak positif secara sosial dan kultural bagi masyarakatnya. Karena itu, tangga seleksi dan skala prioritas dimulai dengan pekerjaan yang manfaatnya bersifat primer, kemudian yang mempunyai manfaat pendukung, dan terakhir yang bernilai guna sebagai pelengkap.

loh? mengapa saya jadi mengkajinya Al qur’an? hahaha
tapi ga ada salahnya bukan? bukannya saya munafik atau mencoba untuk mengajari anda.
namun saya ingin menghubungkan masalah dunia dan akhirat.

“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Qur’an, dan Dia tidak membuat sesuatu yang tidak lurus di dalamnya. Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan (manusia) akan siksa yang pedih dari Allah dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman, yang mengerjakan amal soleh, bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik. Mereka (akan menikmati kehidupan sorga) kekal di dalamnya untuk selamanya”(al-Kahfi:1-3)
Al-Qur’an adalah pedoman bagi manusia yang ingin memilih jalan kebenaran daripada jalan kesesatan (al-Baqarah :185), pembimbing (guidance) untuk membina ketakwaan (al-Baqarah: 2). Namun, hidup yang taqwa bukan semata harapan atau angan-angan untuk meraih kebahagiaan, tetapi merupakan medan dan cara kerja yang sebaik-baiknya untuk merealisasikan kehidupan yang berjaya di dunia dan memperoleh balasan yang lebih baik lagi di akhirat (an-Nahl: 97).
Bekerja adalah kodrat hidup, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai bidang (al-Mulk: 2). Seseorang layak untuk mendapatkan predikat yang terpuji seperti potensial, aktif, dinamis, produktif atau profesional, semata-mata karena prestasi kerjanya. Karena itu, agar manusia benar-benar “hidup”, dalam kehidupan ini ia memerlukan ruh (spirit). Untuk ini, Al Qur’an diturunkan sebagai “ruhan min amrina”, yakni spirit hidup ciptaan Allah, sekaligus sebagai “nur” (cahaya) yang tak kunjung padam, agar aktivitas hidup manusia tidak tersesat (asy-Syura: 52).
itu hanya sebagian yang tersurat dalam Al Quran, namun apa yang yang menjadi sunah Rasul?
Rasulullah saw. melarang kita lemah dalam mencapai cita-cita, namun hendaknya kita optimis dalam usaha kita. Jiwa harus penuh kepercayaan kepada Allah agar apa yang kita cita-citakan tercapai disertai usaha yang benar-benar, tidak boleh malas-malasan dan berdiam diri tanpa usaha. Nabi saw. telah mengajarkan doa kepada kita antara lain, “Ya Allah, saya mohon perlindungan kepada-Mu dari lemah dan malas.” (H.R. Abu Dawud).

RASULULLAH saw. juga bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada orang mukmin yang lemah dan pada masing-masingnya ada kelebihan. Cobalah kamu kepada apa yang bermanfaaat bagimu, mohonkanlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu katakan, ‘Seandainya saya berbuat begini, maka begini’. Tetapi katakanlah, ‘Allah telah menakdirkannya, apa-apa yang dikehendaki oleh Allah maka diperbuatnya’, karena sesungguhnya kata-kata ’seandainya’ adalah mempekerjakan setan”. (H.R. Muslim).

disini ditekankan bahwasanya sebagai manusia kita sebagai manusia beragama. bahwasanya kita bisa menjauhkan diri dar sifat lemah dan malas. terus terang saya masih sering mempunyai sifat -sifat itu sifat yang tidak bisa hindari, terkadang saya suka malas untuk pergi kerja. atau lemah dalam menerima suatu perkerjaan yang baru yang belum saya pernah lakukan. sesuatu hal yang sangat lumrah dan manusiawi sekali. namun itulah manusia yang lemah terhadap ancaman terhadap pikiran sendiri yang cendrung negatif.

Hampir semua manusia normal memiliki dasar untuk meraih cita-cita. Akan tetapi seberapa kuat keinginan itu akan bisa kita lihat dari kesehariannya. Banyak yg ingin kaya, ingin pintar atau ingin terkenal tetapi tidak mau kerja keras atau tidak berbuat apa-apa yg menuju ke arah cita-cita itu. Padahal hukum alam jelas mengatakan bahwa “any achievement has to be earned”. Segala pencapaian harus melalui proses yg dihasilkan dari apa yg kita kerjakan, bukan dari apa yg kita impikan atau katakan saja. tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia ini selama kita percaya, berusaha dan berdoa.

ada cerita seorang security di sebuah pom bensin, dia bertemu Ustad A yang amat terkenal di kotanya. dia bertanya pad ustad “pak ustad mengapa hidup saya kok ga berubah rubah ya pak ?udah lima tahun saya masih saja saya jadi security disini?”
lalu ustadnya bertanya “ kerjanya giat?” dia menjawab “GIAT pak ustad, saya sering lembur malahan pak!” lalu ustad bertanya lagi “sholatnya rajin?”
dia menjawab sedikit minder “ klo sholat saya usahakan pak setidaknya sehari satu kali pak saya sholat”, lalu ustad pun langsung menjawab “NAh itu dia! masalahnya sholatnya kurang, coba kamu giatkan lagi sholatnya wajibnya, syukur syukur ditambah sholat sunatnya”
dia langsung mengerutkan dahinya “ emang ada pengaruhnya ya pak ustad?”
“jelas ada! silahkan buktikan sendiri”
enam bulan kemudian pak ustad tanpa sengaja dia datang ke tempat pom bensin lagi, pak ustad sudah tidak ingat akan cerita security tersebut.
tak lama kemudian seorang berdasi menupuk pundak ustad tersebut.
“ pak ustad, masih ingat saya?”
“ siapa ya” jawab pak ustad
“saya dulu sekitar 5 - 6 bulan yang lalu bertanya pada pak ustad masalah pekerjaan” sahutnya
“ ya ampun, sekarang sudah berdasi ya security disini?” pak ustad bercanda
“pak ustad bisa saja, saya mau ucapkan terima kasih atas saran nya pas ustad atas pertanyaan saya dulu. setelah pak ustad pergi saya tak lama ambil air wudhu. dan sampai sekarang saya ga pernah lepas sholat lima waktu saya, tp terkadang saya lupa sholat sunah nya hanya sholat dhuha saja yang saya belum terlewatkan. semenjak saya sering sholat, hidup saya terasa lebih teratur dan lebih berbeda. setiap hari saya tidak datang terlambat karena saya bangun setiap pagi untuk sholat shubuh. saya pun lebih banyak tersenyum dari pada mengeluh di kerjaan saya. lalu atasan saya pun ternyata melihat perubahan drastis pada diri saya lalu saya diangkat jadi supervisor 4 bulan yang lalu. tp semuanya tidak berhenti disitu ternyata ada lowongan di bagian keuangan,lalu saya mendaftar dan ternyata saya diterima 1 minggu yang lalu saya menjadi pegawai keuangan sekarang dan setifikat sarjana saya bisa terpakai pak ustad.”
“alhamdulilah” pa ustad menjawabnya dengan tersenyum.

HAHAHAHAHAHA... ternyata ga terasa saya udah mengetik hampir 4 halaman... ternyata asyik juga mengetik (boong bgt)
ya intinya dari cerita tersebut bisa disimpulkan masing masing udah pada gede kan udah pake celana sendiri LOL, jika tulisan saya ini bermanfaat bagi anda “Alhamdulillah” jd tidak pun tidak apa-apa, toh bagi saya pun hal ini masih sangat sulit saya jalani krn sifat malas dan lemah yang masih ada dalam diri saya. tp setidaknya saya bisa berbagi tulisan ini dr berbagai sumber dari google.com. dan suatu hari ada yang kasih mail hanif! thanks bgt ya notes lo itu gw udah jd millioner sekarang di indonesia, nih 1m buat kamu!!
AMIIINNNNN hahahhaa..

*comment dan saran dipersilahkan cacian makian silahkan dipendam saja... HAHAHAHA

No comments: